Keindahan Pulau Labengki

Menilik Lebih Dekat Keindahan Pulau Labengki

Main ke Sulawesi yuk, khususnya bagian Tenggara. Ada banyak pulau cantik yang bisa kamu temui di sini. Pokoknya gak usah dipertanyakan lagi secantik apa pulaunya, kamu akan melihat dan merasakan bangganya ada pulau secantik ini. Apalagi kamu datang ke pualu Labengki.

Pulau Labengki terletak di kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pulau ini gak kalah bagus dari Wakatobi atau Raja Ampat yang sudah lama terkenal. Namun, baru-baru ini pulau Labengki menjadi hits karena keindahan yang di milikinya.

Siapa sangka, kini pulau ini menjadi primadona dan sering dikunjungi oleh pecinta traveling dan menjadi perbincangan para netizen di media sosial. Udah pada tahukan, kalau netizen udah pada nyinyir, pasti dunia heboh dibuatnya.

Nah kalau traveling ke pulau Labengki, kamu bisa ngapain aja sih? Kebetulan saya pribadi lebih suka explore sedikit lebih dalam lagi, karena setiap perjalanan kan memiliki cerita. Kadang cerita saya dengan travel blogger lainnya bisa berbeda. Dan inilah pengalaman saya pribadi dengan mengenal lebih dekat pulau Labengki.

Keunikan Pulau Labengki

Welcome to Labengki Island

Mungkin sebagian kamu bertanya-tanya apa aja sih yang unik dari pualu Labengki? Nah yang paling membuat saya tertarik adalah area tempat tinggal masyarakat di pulau ini. Lebih tepatnya kehidupan mereka. Udah dari jauh-jauh hari penasaran mereka tinggal seperti apa sih di sana.

Masyarakat yang tinggal di sini adalah suku Bajo. Namun mereka sudah menerima perkembangan era saat ini. Sudah mengenal yang namanya teknologi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Di sana sudah ada televisi, signal provider, handphone, dan lainya.

Baca : Rumah Nenek Sombori

Kalau kamu datang ke sini gak usah khawatir takut gak ada sinyal. Sinyal di sini cukup bagus kok, apalagi menggunakan provider si kartu merah. Udah pasti dapet sinyal dan tetap bisa kabari keluarga bahkan update media sosial milikmu.

Sambutan hangat dari anak-anak suku Bajo

Sungguh menyenangkan bisa melihat dan menyapa lebih dekat dengan suku Bajo pulau Labengki. Ketika baru tiba di sana, anak-anak kecil menyambut kami dengan senyum dan sapa hangat mereka. Mereka tak malu-malu menyapa dan menggandendeng tangan kami dengan lembut.

Baca :  Pertama Kali Camping di Pulau Melinjo Yang Tak Berpenghuni, Apa Rasanya?

Satu keunikan mereka yang umumnya tinggal di daerah pesisir pantai atau laut adalah “Om koin om, om koin om, lempar koinnya om” sambal menari indah di dalam air dan meloncat dari jembatan yang ada di dermaga. Sungguh riangnya mereka dengan kegiatan seperti itu.

Anak-anak Pulau Labengki

Namun saya sadar kegiatan seperti itu tak lain sama dengan meminta-minta, oleh karena itu sebelum datang ke sini, saya diberitahu untuk tidak memberikan koin kepada anak-anak yang menari di dermaga. Koin yang biasa mereka minta diganti dengan sesuatu tapi harus melakukan “aksi”.

Kalau yang cantik, pasti jadi bahan rebutan

Yang disarankan untuk diberikan kepada mereka seperti permen, coklat, makanan ringan, buku, alat tulis, dan lain semacamnya. Eits, tapi gak dikasih langsung begitu aja, karena mereka bisa berebutan sambal berkelahi satu sama lainnya. Sebelum dikasih, mereka diberikan tantangan seperti bernyanyi, berhitung, membaca, atau lainnya yang setidaknya mengasah kemampuan dan berguna bagi mereka.

Dari semua pemberian kami, ada satu yang bisa dibilang aneh bagi anak-anak di sana, yaitu ketika saya makan “kwaci”. Biasanya mereka kalau ditawarin sesuatu pasti langsung berebut, tapi berbeda ketika saya tawari kwaci. Tatapan mereka terlihat kepingin, tapi terlihat aneh. Lalu saya tanya lagi, adek-adek mau kwaci gak? Mau kak, tapi itu apa? Jawab salah satu dari mereka. Oh ini namanya kwaci, lanjut saya.

Bingung sih melihat mereka, pikir saya mungkin mereka belum tahu kwaci dan bingung gimana cara makannya. Sambil terus melihat saya makan kwaci dan menelan ludahnya sendiri, akhirnya saya dan coba ajarkan mereka cara makan kwaci. Dan mereka antusiasnya tinggi, seperti biasa langsung berebut sambal berantem. Huh capek juga memisahkan mereka, tapi saya rebut kembali kwacinya dibagi rata biar gak ada yang berantem lagi.

Setelah itu saya mengajari mereka gimana caranya makan kwaci. Tapi ada yang lucu salah satu mereka, tiba-tiba menyerah dan bilang “kak saya tidak bisa” sambal kasih kwacinya setelah digigit dia dan penuh dengan air liurnya. Gimana gitu ya? Tapi saya terus paksa dia biar bisa buka sendiri. Dan akhirnya dia berhasil buka sendiri. Jadi kwacinya habis oleh mereka.

Baca :  Alasan Kenapa Pilih Traveling Ke India

Hanya Ada Satu Masjid

Masjid yang ada di sini

Mayoritas penduduk pulau Labengki adalah muslim. Bagi kamu yang muslim, gak usah khawatir buat ibadah di sini, karena ada satu masjid tersedia di sini. Masjidnya gak begitu mewah seperti masjid raya gitu, tapi cukup sederhana dan nyaman kok.

Menara Mercusuar, Ikonik Pulau Labengki

Menara Mercusuar pulau Labengki

Selain terkenal gugusan pulau yang cantik, pulau Labengki juga memiliki menara Mercusuar yang menjadi ikonik juga. Pokoknya kalau ke sini harus coba naik ke atasnya. Kamu akan melihat keindahan Labengki dari atas dan melihat di jendela, pemandangannya sangat mengagumkan.

Jalan menuju menara Mercusuar

Satu hal yang harus kamu tahu adalah menara Mercusuar kondisinya cukup memprihatinkan. Pertama kamu harus melewati jendela yang dibongkar dan harus sedikit naik. Usahakan bagi cewek pakai celana ya jangan pakai rok, biar gampang naiknya.

Kedua, untuk mencapai ke puncak menaranya, kamu harus naik anak tangga. Tapi kondisinya bikin ngeri, karena beberapa anak tangga ada yang hilang akibat keropos. Selain itu juga di beberapa bagian gak ada pegangannya, ngeri-ngeri sedap deh pokoknya.

Anak tangga yang gak ada pegangannya

Tapi kalau sudah berhasil naik ke atas, kamu akan disuguhi pemandangan yang ciamik. Kamu bisa lihat pemandangan dari jendela bagaimana indahnya pulau Labengki ini. Bisa lihat gugusan pulau kecil yang ada disekitarnya dan dikelilingi warna air laut biru kehijauan.

Kalau sudah puas melihat pemandangan dari atas, kini saatnya dihadapi tantangan lagi yaitu turun tangga. Pada dasarnya anaknya takut ketinggian jadi makin risih. Udah anak tangganya ada yang hilang, gak ada pegangan, ditambah goyang-goyang kalau diinjek. Ditambah kaki pun ikut gemeter. Lengkap sudah rasanya, tapi yang penting sudah pernah naik ke puncak menara Mercusuar pulau Labengki.

Listrik dan Air Yang Terbatas

Buat kamu yang memutuskan untuk traveling ke pulau Labengki akan terasa berat kalau gak bisa hidup dari listrik, atau malah senang lagi? Karena di sini kamu bisa menikmati listrik hanya malam saja, yaitu mulai dari jam 18.00 WITA sampai jam 05.00 WITA aja.

Baca :  Trip Ke Pulau Pari Bersama Teman Kantor

Nah kalau listrik sudah nyala, sebaiknya peralatan yang membutuhkan listrik, segera diisi lagi untuk persiapan travelingnya. Minimal hp, powerbank dan baterai kamera menjadi prioritas buat diisi. Dan harap bawa colokan listrik sendiri ya biar gak berebut sama yang lainnya.

Baca : Pantai Munggu

Selain listrik yang terbatas, air juga cukup terbatas. Pasti udha tahu dong kalau pergi ke pulau gitu, tentu agak sulit mendapatkan air tawar, begitu juga di pulau Labengki ini. karena kami tinggal di homestay, pemiliknya pun harus ambil air tawar dari sumbernya.

Mereka biasanya minta tolong orang juga buat ambilkan airnya atau beli. Tapi ada beberapa rumah pakai pompa listrik buat ambil airnya, kalau jaraknya dekat dengan sumber air tawar. Jadi ketersediaan airnya cukup banyak dan lebih praktis kalau pakai pompa, gak capek buat angkut.

Saya sendiri penasaan sama sumber air yang ada di sini, setelah tanya-tanya ketemulah sumber airnya. Ini letaknya di salah satu rumah warga, beruntung banget pemilik rumah ini gak perlu jauh-jauh buat dapetin airnya. Dia juga pasang pompa dan ditampung di penampungan air miliknya.

Sarapan Di Tepi Pantai

Menu sarapan sederhana, tapi nikmatnya luar biasa

Jarang-jarang banget bisa sarapan ditemani pemandangan yang indah gini kan ya. Apalagi buat yang tinggalnya jauh dari pantai seperti saya ini. Ngerasain begini aja udah senangnya minta ampun. Bangun pagi-pagi, mandi, dan sarapan persis dipinggir pantai.

Beruntung juga sih sewa homestaynya tepat di pinggir pantai, jadi tiap pagi dibuat puas banget. Rasanya ingin tiap hari bisa seperti ini. Sarapan apapun akan terasa enak dan pasti lupa dengan rasanya. Mau manis, asem, asin, pahit, mungkin akn terasa enak aja gitu.

Nah, dari pengalaman ke pulau Labengki ini banyak banget yang bisa saya petik. Bisa merasakan bagaimana tinggal dan bermain bersama suku Bajo, listrik Cuma nyala hanya di malam hari, air tawar yang terbatas, sarapan di tepi pantai, naik ke atas mercusuar, dan yang paling mengesankan bisa menikmati pemandangan yang sangat indah. Kalau ditanya mau balik lagi ke sana apa gak? Saya jawab mau banget. Terus kamu kapan ke sana? Jalan Yuk, Kuy Jalan