Pernah dengar daerah Maros di Sulawesi Selatan? Atau kalau belum pasti tahu dong daerah yang namanya Makassar, kota yang terkenal dengan coto nya. Nah Maros tuh berdekatan dengan Makassar. Jadi kalau kamu traveling ke Makassar, harus mampir deh ke Maros karena tempat wisatanya sangat menakjubkan.
Emang ada apa sih di Maros? Penasaran mau tahu apa bagusnya tempat wisata di sana. Nah sama awalnya aku penasaran karena baru denger juga namanya, kok aku mikirnya tempat malem yang gak bener gitu. Secara agak terdengar “remang-remang”. Mungkin bentuknya warung atau rumah yang dijadikan sebagai tempat yang gak baik deh. Eh tahunya bukan, duh pikirannya kotor ya. Hahahaha
Nah ternyata Ramang-ramang adalah sebuah gunung kapur atau disebut karst yang terbesar kedua di dunia, yang terbesar pertamanya yaitu South China Karst, Yunan, China. Wow, luar biasa kan. Patut bangga banget kan Indonesia punya seperti ini. Dan yang terpneting kita harus menjaganya agar anak cucu kita nanti masih bisa melihat keindahan alam ini.
Ramang-ramang sendiri berasal dari Bahasa Makassar yang artinya banyak awan atau kabut. Konon katanya nama tersebut diberikan karena dulunya sering muncul kabut, terutama setelah turun hujan atau saat pagi hari. Gak kebayang seperti apa sih dulunya tempat ini yang penuh dengan kabut?
Baca : Negeri Diatas Awan Yang Mempesona
Ramang-ramang terletak di desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasinya gak jauh dari kota Makassar, jaraknya sekitar 40 km. Untuk bisa sampai ke sini aksesnya pun mudah kok, kalau bawa kendaraan pribadi atau sewa tinggal ikutin GPS aja.
Kalau udah ketemu tempatnya, kamu harus sewa perahu untuk explore area Ramang-ramang Maros. Setelah itu, kamu akan diajak menyusuri sungai Pute. Sepanjang jalan kamu akan disuguhi pemandangan yang sangat mempesona. Melihat indahnya gunung Karst yang sangat khas.
Oh iya sekedar info, sungai ini menjadi tempat mata pencaharian penduduk setempat lho. Dengan kita berkunjung ke sini, artinya kita turut membantu perekonomian mereka. Kata penduduk sekitar, hasil pengunjung yang datang dikelola oleh pengurus desa, yang mana hasilnya akan dibagi untuk warganya.
Untuk traveling ke Ramang-ramang Maros, kamu bisa mulai dari dermaga 1 yaitu Sanlerang. Setelah itu kamu akan diantar menuju dermaga 2, desa Berua. Di sini kamu bisa mengunjungi berbagai tempat yaitu Goa Kingkong, Batu Berlian, dan Padang Ammarung.
Ketika sampai di kampung Berua, rasanya mata baru melek dan pengen bilang “kemaren ke mana aja baru melihat seperti ini? Duh rasanya kaya lagi tidur terus ditampar atau disamber gledek!
Situs Pasaung atau Goa Kingkong
Nah yang paling penasaran adalah tempat ini sih, aku pikir dulunya adalah rumah kangkong gitu, tapi ternyata salah. Jadi di sini katanya ada batu yang mirip dengan muka Kingkong. Saat ke sana, aku dibuat kecewa karena gak ketemu mana batu yang mirip Kingkong.
Sempat muter-muter, bolak balik, tapi gak sampai jungkir balik buat nemuin batu yang mirip Kingkong. Hampir satu jam di sini nyariin demi bisa liat beneran. Tapi tetap aja gak bisa nemu. Akhirnya kepikiran buat nanya salah satu warga yang kebetulan ada di sini. Beruntungnya ada orang di sekitar, jadi minta tolong deh buat nunjukinn di mana itu batu berada.
Tapi ternyata ZONK!!! Orang itu pun nunjukin satu batu yang katanya mirip Kingkong, tapi pas dilihat-lihat dari mana miripnya? Dilihat pake mata telanjang aja gak ada mirip-mirpinya sama sekali, di foto jauh dan dekat pun gak kelihatan kaya Kingkong. Hmmm akhirnya menyerah.
Ya udahlah, emang bukan rejekinya bisa liat batu yang mirip Kingkong di Goa Kingkong Ramang-ramang ini. Tapi rasa penasaran sih masih ada, kenapa travel blogger yang lain bisa nemu gitu ya? Dan di fotonya beneran mirip, sebelah mana sih tempatnya. Ada yang tau gak?
Selain itu, ada juga katanya ini telapak ayam zaman purba kala. Nah kalau ini masuk akal, emang bentuknya seperti cakar ayam dan terlihat jelas banget. Warnanya merah gitu, dan katanya warna itu warna alam bukan pakai pewarna buatan. Ya kali pakai sepuhan atau cat.
Goa Berlian
Setelah dari Goa Kingkong yang masih menyimpan rasapenasaran, akhirnya lanjut ke Batu Berlian. Belajar dari tempat sebelumnya, gak usah penasaran bisa liat berlian yang besar, apalagi mikir semua batu di sini bisa dijadikan berlian yang biasa dipakai Hotman Paris. Bukan!!!
Jadi kenapa tempat ini di sebut goa berlian, karena ada batu yang kalau kena cahaya dia menyala gemerlap-gemerlip gitu. Untuk aksesnya kamu harus bayar pemandu, karena untuk masuknya pun gak mudah karena berada di dalam goa.
Nanti pemandunya akan mengantarkan kamu bisa sampai ke tempat yang ada batu berliannya. Pertama, kamu akan dipandu masuk ke dalam goa nya, nah baru masuk goa si pemandunya akan kasih tahu ada batu yang mirip telinga sapi. Nah kalau ini beneran mirip daun telinga sapi sih. Gak kaya sebelumnya yang masih bikin penasaran.
Terus kamu diajak masuk ke dalam dan harus naik tangga yang terbuat dari kayu sederhana. Kondisi itu snagat gelap dan pemandunya pun cuma bawa senter 1. Udah naik ke atas, duh gelap dan pengap banget, berasa gak ada oksigen. Dan akhirnya sang pemandu pun kasih tau dengan senternya, inilah batu berlian.
Batu yang kena cahaya memunculkan cahaya seperti berlian, yang gemerlap-gemerlip gitu. Kalau gak ada cahaya, dia gak keliatan. Lalu kita dilarang keras menyentuh batunya, mungkin biar gak rusak sama tangan-tangan manusia yang jahil ya. Dan kalau kamu ke sini, ingat ikuti apa kata pemandunya ya.
Padang Ammarung
Nah kalau sudah explore kedua tempat tadi, saatnya melipir ke sebuah tempat yang dinamakan Padang Ammarung. Konon katanya kalau malam hari, di sini banyak sekali kunang-kunang berterbangan menghiasi area ini. Hmmmm jadi ngebayangin gimana indahnya ketika malam hari ya. Kamu bisa nikmatin cahaya alami dari tubuh kunang-kunang yang indah itu.
Namun sayangnya, aku gak sempet nginep di sini. Padahal kepingin gitu lihat kunang-kunang, udah lama gak pernah lihat lagi apalagi tinggal di kota besar. Yang ada hanya lampu-lampu dari bangunan Gedung-gedung tinggi dan rumah-rumah warga. Mungkin suatu saat bisa balik ke sini lagi dan nginep.
Selain itu, di Padang Ammarung ini kamu bisa melihat kampung Berua dengan jelas, karena permukaannya yang lebih tinggi. Jadi kamu harus naik beberapa anak tangga dari batuan yang sengaja dibuat agar memudahkan pengunjung bisa naik ke atas bukit.
Dari sini juga, kamu akan melihat goa kelalawar yang katanya goa itu dipenuhi kelelawar. Karena aku datangnya siang, jadi gak kelihatan tuh kelelawarnya, kan mereka kalau siang pada tidur dan kalau malem baru deh dia bangun.
Sudah puas rasanya explore kampung Berua ini, walaupun masih ada ngeganjel sama goa Kingkong tapi ya sudahlah, saatnya kita kembali ke Dermaga. Nah aku kira udah selesai, ternyata diantar ke dermaga 3 menuju hutan Batu. Penasaran juga kenapa di sebut hutan batu, sempat berpikir mungkin semua pohon di sana jadi batu gitu. Ternyata salah!!!
Hutan Batu
Salah satu tempat yang gak boleh dilewatkan itu ternyata hutan Batu ini. Hutan ini merupakan salah satu tempat yang tercatat dalam kategori UNESCO Natural World Heritage atau kekayaan alam warisan dunia. Lebih bangga lagi kan kita punya tempat seperti ini.
Batuan di hutan Batu Ramang-ramang Maros ini terbentuk sejak jutaan ribu tahun yang lalu. Penelitain yang dilakukan oleh para geologiawan mengungkapkan bahwa batuan Karst ini telah berumur Eosen sampai Miosen akhir. Kamu tahu kan Eosen dan Miosen itu apa? Kalau belum tahu ini dia sedikit penjelasannya:
Eosen merupakan tanda-tanda muncul mamalia modern pertama. Eosen sendiri berasal dari Bahasa Yunani yaitu eos “fajar” dan ceno “baru”, dengan kata lain menjadi kebangkitan mamalia baru. Sedangkan Miosen sendiri sama dari Bahasa Yunani yaitu meioon “kurang“ dan kainos “baru” yang merujuk pada kata “kurang baru” dikarenakan hanya mempunyai 18% invertebrate laut modern. Ngerti kan maksudnya? Kalau belum, silahkan cari sendiri ya, karena aku juga kurang faham. Hehehe.
Batuan ini terbentuk karena akibat adanya aktivitas air di Kawasan batu gamping, dan menyebabkan pelarutan. Hasilnya adalah terjadi pembentukan alam karst yang sangat khas. Batuan di sini membentuk seperti menara yang menjulang tinggi akibat adanya aktivitas tersebut. Dan memang batu-batu di sini sangat tinggi. Bisa di naikin lho, tapi jangan sampai ngerusak ya.
Setelah puas explore hutan Batu Ramang-ramang Maros ini, saatnya kembali pulang ke dermaga 1. Kalau ditanya gimana rasanya, aku bilang puas banget dan takjub dibuatnya. Gak salah lagi buat pilih tempat ini sebagai liburan sekaligu belajar banyak hal. Tapi tetap ya masih ada yang ngeganjal di hati karena belum bisa lihat batu yang mirip Kingkong itu, hahaha. Nah kamu kapan main ke sini? – Jalan Yuk, kuy jalan