Desa Ollon Toraja

Keindahan Desa Ollon Yang Tiada Duanya

Udah baca cerita Perjalanan Menantang Menuju Desa Ollon Toraja belum? Mengingat ini adalah lanjutan ceritanya. Alangkah baiknya baca dulu ya biar bisa ngebayangin gimana perjuangan bisa sampai ke tempat ini.

Sekitar 1 jam perjalanan, kami istirahat disebuah warung lagi. Di sini tempat istirahat kedua. Selain istirahat, kami juga mengisi bahan bakar untuk diri sendiri (air minum) dan untuk motor (bensin). Setelah itu langsung melanjutkan perjalanan lagi.

Di sinilah perjalanan menantang yang sesunggungnya dimulai. Pertama kali ditunjukkan, nanti kita naik ke sana ya sambal menunjuk jalanan dengan tanjakan curam, berbelok, dan kondisinya parah. Di situ saya langsung shock, gimana lewatnya? Sempat berpikir kayanya gak usah naik deh, mendingan pulang lagi aja.

Seketika teringat ada yang bilang kalau dia juga hanya bisa sampai sini saja. Tidak melanjutkan perjalanan dan pulang kembali, karena melihat kondisi jalanan yang sangat ekstrim. Saya pun coba menenangkan diri dengan meminum satu botol air mineral dan ke toilet buat buang air kecil.

Disaat buang air kecil, saya melihat pemandangannya luar biasa bagus. Sampai sini aja bagus, apalagi desa Ollon Toraja, sudah pasti bagus dong. Akhirnya rasa berani itu muncul dan siap melanjutkan perjalanan yang menantang itu.

Pemandangan di belakang kamar mandi

Setelah dapat ilham dari toilet, langung siap-siap naik motor lagi. Tapi saya masih minder, karena belum kepikiran gimana caranya bisa lewatin jalanan itu. Secara yang bisa dilewati hanya jalur sebelah kanan saja dan takutnya pas naik ada motor turun dari arah yang berlawanan dan berebut melewati jalur itu. Bisa-bisa jatuh sih.

Akhirnya saya minta paling belakangan naiknya, biar yang duluan jagain supaya jangan ada yang lewat dulu. Hahaha agak curang sih, tapi gak apa-apalah ya. Bersyukur saya bisa lewatin jalanan pertama yang antimainstream ini.

Baca : Gumuk Pasir Toraja

Setelah  semuanya naik, tiba-tiba hal yang tak terduga menimpa kami. Motor Vega R pun mogok dan gak mungkin sangggup dibawa lagi. Akhirnya memutuskan motor itu ditinggal di seperempat jalan. Untungnya ada ojek lewat, jadi Andi dan Dhani naik ojek.

Oh iya, jadi di sini itu ada ojek yang siap antar kamu ke desa Ollon. Harganya rata-rata Rp. 200.000,- untuk pulang pergi, dari warung yang tadi sampai ke desa Ollonnya. Nah karena kami mulainya bukan dari warung, coba nego aja siapa tau bisa kurang harganya. Jadilah dapet harga Rp. 150.000 per orang untuk pulang pergi tapi sampai tempat motor mogok.

Baca :  Rumah Nenek Sombori Yang Melegenda

Setelah Dhani dan Andi naik ojek, kami melanjutkan perjalanan kembali. Semakin jauh perjalanan yang dilalui, semakin ekstrim pula jalanannya. Kalau kata Kanda Iwan, kami harus sampai ke puncak bukit yang ada gubuknya. Gubuk itu terlihat sangat kecil dari kami berada. Sepertinya gak jauh, nyatanya jauh banget.

Dengan semangat yang masih tercampur rasa menyerah, kami terus berusaha menuju gubuk yang dituju. Katanya gubuk itu merupakan tanda pertengahan antara warung yang dibawah tadi dan desa Ollon, serta tanda perjalanan yang semakin antimainstream pun di mulai.

Akhirnya sampai juga kami di gubuk ini, dan beristirahat sejenak. Sambil istirahat, saya melihat ke bawah jalur yang kami lalui, ternyata luar biasa. Gak kebayang bisa melewati sejauh itu dengan jalanan yang terlihat sangat panjang, berkelok-kelok, dan tak biasa.

Gak nyangka bisa lewatin jalanan seperti ini
Bisa dilihat sendiri rutenya seperti itu

Shock banget meilhat rutenya, dan ini beneran AMAZING. Lalu, saya kira penderitaan berakhir sampai di sini, tapi ternyata salah. Rute yang paling ekstrim sesungguhnya baru akan di mulai. Setelah istirahat dirasa cukup, melanjutkan lagi yang sangat luar biasa ekstrim.

Baru naik motor, dan jalan sebentar, motor yang dinaiki saya pun terguling. Gila, ini parah banget jalanannya. Akhirnya motor pun dituntun alias gak dinaikin, karena kaki saya merasa perih. Awalnya berpikir ada luka, tapi pikiran itu dibuang jauh-jauh dulu, masa bodo sama sakit yang dirasa ini.

Selama melewati perjalanan yng paling ekstrim ini sempat berpikir “ah mendingan balik aja deh”, tapi kalau dipikir lagi balik lagi juga tetep harus melewati jalanan yang parah ini, malah gak dapet apapun alias sia-sia. Jadi, saya berusaha buang jauh-jauh pikiran pengen balik lagi itu.

Setelah 2 jam melanjutkan perjalanan, akhirnya tiba juga di desa Ollon. Rasa syukur pun langsung terucap, Alhamdulillah. Akhirnya bisa menginjakkan kaki ini di desa yang sudah dinanti-nanti. Rasanyanya udah pengen buru-buru tiduran diatas rerumputannya.

Tapi sebelum tidur-tiduran, isi perut dulu karena tenaga sudah habis. Jadi istirahat dulu di salah satu warung buat beli minum dan mie. Pokoknya isi perut sekenyang-kenyangnya deh biar bisa terganggu karena kelaparan.

Setelah perut dirasa kenyang, langsung deh tancap gas lagi buat menuju ke tempat yang biasa travel blogger Indonesia berfoto ria. Dan saking semangatnya, malah ambil jalan yang salah. Seharusnya belok kiri, malah lurus terus. Mana kalau lurus tanjakannya curam dan sampingnya jurang. Dipanggilin sih tapi kalau berhenti pas nanjak ataupun nengok bisa celaka. Jadi memutuskan naik dulu sampai dirasa aman, baru nengok ke bawah.

Baca :  Danau Gawir, Spot Sunrise dan Sunset yang Kece Di Tangerang

Pas nengok, ahhh gila gak nyangka seberani ini naik ke atas yang super ekstrim. Dan pas turun malah jiper, gak berani. Tapi harus gimana lagi, mau gak mau harus turun. Dipikir-pikir, wah kalau salah gas bisa terjun ke jurang sih, tapi yaudahlah Bismillah aja. Dan bersyukur bisa turun dengan selamat.

Nah sebelum nyampe ke spot utamanya, nanti melewati sekolah dan sebuah tempat pemakaman. Pas lewatin sekolah jadi kepikiran, wah ini hanya SD aja di sini. Terus kalau mereka mau melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi gimana? Harus ke pinggiran kota dengan melewati jalanan yang luar biasa ekstrim itu tiap hari? Wah gila sih.

SDN Kecil 357 Ollon

Kalau saya jadi mereka, mungkin akan berpikir lebih baik numpang tinggal ditempat saudara yang dekat dengan sekolahan atau pindah tempat tinggal. Karena gak sanggung kalau tiap hari harus melewati jalanannya. Tapi, semoga pemerintah Republik Indonesia bisa menyediakan fasilitas buat mereka.

Bisa dengan mendirikan sekolah sampai ke jenjang menengah atas, jalanan diperbaiki, atau adanya fasilitas trasportasi umu dengan tarif yang murah bahkan gratis bagi pelajar. Sumpah saya bingung gimana bisa hidup di desa ini?

Lagi pada belajar bersama, pas di foto pada nengok malu-malu

Tapi setelah melewati rumah mereka, ada sekelompok anak kecil sedang belajar matematika (lihat buku yang dipegang mereka). Rasanya nusuk banget, pengen banget ikut berkumpul dan ngajarin mereka. Tapi sayangnya gak punya banyak waktu di sini.

Oh iya, ada yang menggelitik di hati kecil ini tentang desa Ollon, rumahnya berbentuk panggung semua. Jadi kangen rumah di kampung zaman dulu, berasa flash back gitu. Tapi sekarang udah gak ada rumah panggung lagi sih, dan baru lihat lagi di desa ini.

Setelah melewati hal yang seru, saatnya guling-gulingan di tempat impian. Bahagia banget bisa tidur-tiduran di sini, sampai dibilang kaya bocah deh. Hahaha bodo amat deh ya dibilang apapun, yang penting happy. Tapi beneran sih, girangnya gak ketolongan.

Pas lagi tidur-tiduran dan guling-gulingan tiba-tiba berasa kaya ada perih-perihnya gitu di kaki. Pas dilihat, hmmm ada darah diujung kaki. Bukan sembarang darah sih, Taunya kuku jempol kaki patah dan terkelupas setengahnya. Rasanya gimana gitu ya, tapi ya udahlah yang penting udah sampai sini. Masa bodo dengan kuku, nanti juga tumbuh lagi.

Sesungguhnya, inilah yang dinanti-nanti
Baru nyampe langsung guling-gulingan
Pokoknya keren banget deh!

Pokoknya puas-puasin deh di sini, jangan sampe gak terpuaskan pulang dari sini, nanti nyesel tau rasa. Lihat pemandangann di sini jangan ditanya seperti apa luar biasanya, gak bisa jawab deh. Silahkan lihat sendiri penampakannya.

Baca :  Malangnya Nasibku Saat Explore Malang

Gimana penampakannya, keren kan? Kalau dilihat lagi, emang ini mirip bukit di film Teletubbies. Kalau kita bawa kostum Tinky Winky, Dipsy, Lala, Po mirip kali ya. Tapi gak kepikiran buat bawa atau bikin kostumnya, hehe.

Lagi enak-enaknya menikmati suasana di sini, tiba-tiba mendung dan gerimis. Jadilah buru-buru balik lagi sebelum hujan besar. Padahal harusnya kita naik ke atas bukit buat melihat penampkan bukit Ollon dari atas. Katanya itu spot favorit foto, tapi saya gak sempat foto di sana. Huhuhu.

Langsung tancap gas gak pake kompromi lagi, kita harus pergi dari tempat ini. Kalau hujan besar dipastikan gak bisa pulang lagi, karena pasti jalanan licin. Untungnya hanya gerimis aja sih, tapi tetep jalanananya licin. Gak kebayang gerimis aja licin banget, apalagi kalau hujan besar.

Saat pulangnya, kita tukeran teman bonceng. Kalau saya jadinya sama Andy, Haikal ikut kanda Iwan, Vonny dan Dhani naik ojek. Sepanjang perjalanan, saya dan Andy ketawa-ketawa aja ngelewatinnya biar rileks gitu lewatin jalanan yang antimainstream ini. Hahaha.

Bedanya saat perjalanan menuju ke desa Ollon dan pulangnya itu shock lihat jalanannya se-ekstrim itu dan pulangnya makin ekstrim karena diguyur gerimis yang bikin jalanan makin licin. Selama perjalanan pulang pun beberapa kali kita ngeguling, tapi gak sebanyak saat perginya sih.

Baca : Tips Jitu Sewa Motor Untuk Traveling

Setelah beberapa jam berjalan, akhirnya kita sampai juga di titik motor yang ditinggalin. Lalu, Andy yang bawa motor Vega R itu. Dan hari mulai gelap, akhirnya tiba juga di warung yang tempat istirahat. Kami istirahat sebentar dan melanjutkan perjalanan kembali menuju tempat penginapan. Setibanya di penginapan, kami pun langsung istirahat, karena esok harinya mau menikmati sunrise di Negeri Diatas Awan.

Nah buat kamu yang mau pergi ke desa Ollon, sebaiknya pikir-pikir kembali. Kalau mempunyai jiwa traveling silahkan coba pakai motor. Kalau mau yang enak, bisa pakai mobil jeep aja, harga sewanya sekitar 1,5 juta. Kalau mau setengah-setengah bisa naik motor sampe warung dan melanjutkan lagi pake mobil ini

Gimana lihatnya seru gak? Bagi saya pribadi, ini salah satu pengalaman paling berkesan dan gak akan terlupakan. Ini bisa jadi cerita yang menarik untuk diceritakan kepada anak dan cucu saya kelak. Rasa penasaran mengalahkan rintangan yang ada. Terima kasih Tuhan, Engkau begitu baik padaku, sehingga bisa sampai ke sini.

Kalau ditanya mau balik lagi atau gak? Saya bisa jawab “Insya Allah saya mau mengunjungi desa Ollon lagi”, karena masih ada rasa penasaran lagi. Terus, kamu kapan mau ke sana? Kalau ada yang ingin ditanyakan boleh tanya langsung ke sini. – Jalan yuk, kuy jalan

  1. Pernah liat foto ini di instagram teman saya dan kagum banget sama keindahan desa ollon ini.. tapi saya nggak tahu kalo perjalanannya bakal ekstrim sekali.
    Ya Allah itu SD pemandangannya bagus banget.. semoga adek2 di desa ollon semangat belajarnya biar bisa sekolah setinggi2nya..

  2. Dayu Anggoro says:

    Aihhh asli nih Desa Ollon benar-benar bikin memikat, mesti dijadiin bucket list liburan nih.

  3. ekasiregar.com says:

    Nah… Bismillah.. semoga saya biaa ke Desa Ollon ini segera… Pengen banget bisa ke sini… Duuuhhhh… Racun nih…

  4. Taumy Alif Firman says:

    Wuih…Pemandangan Desa Ollon Toraja, ajiib banget. Jadi ingin kesana. Latihan bawa motor ditanjakan dan turunan biasa dulu kayaknya, sebelum uji nyali ke Desa ollon.

  5. Diah Sally M says:

    Desa Ollon ini emang kurang ajar banget bagusnya. Udah masuk ke bucket list. Mudah”an segera bisa menjamahnya. Hihi

  6. wah iya benar ka keren emang olon. salah satu destinasi idaman ku nih

  7. kok yahh bapk ini sempat2nya lohhh mikirin kayanya cocok bawa kostum tinky winky… hahahhaha

    baguuus bgt yaa Ollon. Dulu pertama liat tmn ad yg post fto ini cantik bgt

    1. Budi Setiadi says:

      Mungkin bisa jadi ladang usaha Buat warga Sana Kali ya menyewakan kostumnya, siapa tau laris manis.. hahaha..

      Sumpah Ollon bagus bangetttt…

  8. achi hartoyo says:

    salah satu destinasi idaman, pas banget mau ke Ollon eh, malah dibelokin teman ke Bulukumba 🙁

    1. Budi Setiadi says:

      Yahh sayang banget berbelok, tapi Bulukumba bagus juga Kan?

  9. Bayu Pradana says:

    Wah, Keren Bang Budi!

Your email address will not be published. Required fields are marked *